oleh : Siti Maesyaroh (Direktur
Center of Islamic Economics Studies UNY 2013)
UANG, boleh jadi menjadi bagian kecil dari kehidupan
seseorang namun bisa jadi menjadi bagian terbesar dari kehidupan bagi orang
lain. Bagi seorang Musa, uang hanyalah perantara untuk membeli cukup makanan
yang dibutuhkan keluarganya. Namun bagi seorang Qorun uang adlah segalanya,
urat nadinya bahkan jantung hidupnya.
Berbicara mengenai uang, seorang dramawan abad ketujuh belas
yang besar di Suriname, Apra Behn, menulis sebuah pepatah dalam lakon yang
berjudul “The Rover” pada tahun 1677.
“uang berbicara dalam sebuah bahasa yang dimengerti semua bangsa.” Nemun bukan
sekedar berbicara, uang juga memberikan pengertian tersebut pada masyarakat
manapun yang berhasil ditaklukannya dengan menundukkan semua institusi dan
system lainnya dibawah kendali uang.
Selain itu dalam buku Philosophy
of money karya Georg Schimmel menjelaskan perlunya memahami uang sebagai
komponen hidup yang dapat membantu manusia memahami totalitas kehidupannya.
Simmel percaya bahwa orang menciptakan nilai dengan membuat objek. Sehingga
tidak salah jika sampai saat ini uang menjadi objek yang banyak diburu orang.
Melakukan segala seseuatu hanya demi uang. Banyak orang yang bertengkar karena
uang, mengorbankan kehormatannya juga karena uang, bahkan membunuh juga hanya
karena uang. Namun disisi lain orang juga bisa beribadah (bersedekah) juga
kerena uang.
Uang Logam
Sekilas mengenai perkembangan uang besgitu pesat. Berawal
dari revolusi koin bermula pada abad ke-7 sebelum masehi di Lydia, disitulah
pertama kali manusia membuat koin dan dari situlah revolusi besar uang berawal.
Para leluhur bangsa Lydia telah menyadari pentingnya batangan kecil dalam
perniagaan. Lantas mereka membuat pencetak koin pertama tahun 640-630 SM berupa
bulat oval seukuran ibu jari orang dewasa dari bahan electrum yang merupakan
campuran emas dan perak yang terjadi secara alamiah. Dengan membubuhkan elemen
di batangan kecil itu guna mengukuhkan nilainya hingga dapat dipahami semua
orang, bahkan orang yang buta huruf sekalipun, dan bangsa Lydia telah membuka
peluang baru dalam perdagangan.
Semasa pemerintahan Croesus menduduki tahta Lyidia pada 560
SM untuk memerintahnya. Pada masa itu ia mencetak uang tidak lagi dalam bentuk
electrum, melainkan dalam bentuk perak
dan emas. Ia menciptakan koin-koin itu sebagai medium yang digunakan dalam
transaksi jual beli dan dibakukan. Sehingga semua masyarakat pada kala itu
dapat menggunakan koin untuk transaksi jual beli karena telah resmi dengan
label kerajaan tersebut.
Berkat koin itu lah revolusi bangsa Lyidia telah memicu
perubahan kepada seluruh dunia. Bahkan setelah bangsa itu runtuh, namun
peninggalan praktiknya masih mereka miliki dan dengan cepat diadopsi
negara-negara lain seperti kawasan Mediterania, Yunani, Arab, dan Cekoslovakia
yang mencadi cikal bakal mata uang di Jerman, Italian, belanda inggris,maupun
spanyol dan menjadi cikal bakal munculnya jenis uang baru, uang kertas.
Perkembangan uang kertas
Perkembangan uang kertas pada masa lampau memang tidak
secepat uang logam. Konon pada abad pertama dan kedua masehi, kaisar Ts’ai Lun
dari Cina membuat kertas pertama dari kulit pohon murbei, yang daunnya sebagai
pakan ulat untuk industry sutra di cina yang indah dan menguntungkan. Sejarawan
marcopolo mencatat bahwa penggunaan uang kertas pertama kali dikenal di Cina
pada masa dinasti tang dengan sebutan uang murbei. Para birokrator cina membuat
uang super besar dan dicap dengansegel merah menyala milik kaisar, lantas
menyandang nilai penuh emas dan perak.
Kehadiran uang kertas di Cina membawa dampak positif bagi
perkembangan uang. Pada saat ini Marcopolo mencatat bahwa uang kertas yang ada
di gunakan pemerintah untuk menari upeti maupun pajak sehingga lebih ringkas
daripada menggunakan koin. Satu lembar uang kertas sama dengan 1000 koin. Menurut
Weatheford (1997) keberadaan uang kertas di Cina berfungsi sebagai bangian sari
sitem pemerintah kerajaan dalam mengambil upeti dan mengekang perdagangan
sehat.
Sementara dibelahan bumi eropa mencatat raja-raja eropa juga
telah menggunakan uang kertas pada tahun 1250 tetapi tidak ada peninggalannya.
Sementara pada masa Gutenberg di abad pertengahan, teknologi pencetak uang
kertas berkembang pesat di eropa. Beberapa sejarawan eropa justru mencatat
bahwa perkembangan revolusi uang kertas berawal dari eropa.
Terlepas dari siapa pencetak revolusi uang kertas, pada
kenyataannya diakui bahwa uang kertas benar benar memberikan manfaat hingga
saat ini. Penyebaran uang kertas yang begitu cepat apalagi karena revolusi
Amerika dan Inggris yang cukup menonjol dalam perang dunia satu sehingga
penyebarannyapun sampai kepenjuru dunia termasuk negara kita, Indonesia.
Bahkan hingga abad ke-21 ini perkembangan revolusi uang
begitu cepat. Tidak hanya dalam bentuk uang logam maupun uang kertas ketika di
simpan dalam jumlah besar akan membutuhkan tempat banyak, namun kini
berkembanglah alat pengganti uang baik berupa ATM, kartu kredit maupun uang
giral yang berkembang pesat saat ini.
Itulah revolusi uang yang begitu pesat dan memberikan dampak
signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Keberadaan uang telah
menciptakan perekonomian yang bersatu. Mencakup harga cabai di Madras maupun
harga ORI di Indonesia. Meskipun fluktuasi di bidang politik, tenilogi, agama,
bahkan cuaca bisa berperan penting dalam usaha ekonomi, uang tetap merupakan
basis material bagi keseluruhan system dan membentuk kaitan yang sangat penting
dalam mempertahankan nilai, memfasilitasi pertukaran dan menciptakan
perdagangan. Uang telah menyatukan semuanya dalam system global tunggal. Inilah
ikatan yang tampaknya menyatukan banyak hal dari kita semua saat ini. (may)